![]() |
Walikota Bandung, Ridwan Kamil. Sumber gambar: https://fajar.co.id |
Bulan Juni 2013 menjadi bulan yang bersejarah bagi
Kota Bandung. Tampuk pemerintahan Kota Bandung beralih dari Dada Rosada yang
masa pemerintahannya habis kepada Ridwan Kamil yang telah terpilih secara
demokratis. Saat itu Ridwan Kamil berpasangan dengan Oded M Danial dan berhasil
menyingkirkan tujuh pasangan lain dengan perolehan suara sebesar 434.130 suara atau 45,24 persen.
Dari riset Jaringan
Suara Indonesia (JSI) yang dikutip dari tempo,
faktor kemenangan pasangan Ridwan Kamil dan Oded M Danial adalah lewat
sosialisasi dengan dukungan banyak relawan hingga popularitasnya bisa melesat.
Dampak sosialisasi melalui twitter juga turut memberikan berpengaruh yang
besar. Apalagi Bandung adalah kota dengan pengguna twitter nomor empat
terbanyak di dunia.
Selain itu
menurut JSI, sosialisasi pasangan usungan PKS dan Gerindra tersebut dinilai
aktraktif lewat tayangan video. Model kampanye seperti itu tidak banyak
dilakukan calon lain secara gencar. Jelas, media sosial turut memberikan
pengaruh yang besar.
Pada
masa awal jabatannya sebagai Wali Kota pun, Kang Emil―begitu ia biasa disapa―menginstruksikan
kepada seluruh jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan pejabat di
lingkungan Pemerintah Kota Bandung untuk memiliki akun Twitter.
Pada
mulanya, kebijakan ini dianggap aneh dan kontraproduktif. Di tengah banyaknya
pekerjaan yang harus dituntaskan, ia malah mengeluarkan instruksi tentang akun
Twitter ini. Bukan rahasia, sebagian orang memang menganggap jejaring sosial
seperti Twitter ini hanya untuk main-main.
Lewat
Twitter Kang Emil aktif menyosialisasikan gagasan, kegiatan, serta
program-program yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung. Sebut saja
misalnya Fundays. Hari-hari menyenangkan (fundays) di Bandung ini merupakan bagian
dari program peningkatan indeks kebahagiaan warga kota Bandung. Dimulai dari
Senin Gratis Naik Damri (bagi pelajar berseragam, yang kemudian ditambah dengan
hari Kamis), Selasa Tanpa Rokok, Rebo Nyunda, Kamis Inggris, hingga Jumat
Sepeda.
Hingga kini
twitter Ridwan Kamil diikuti oleh 1,16 juta akun. Dan setiap twit yang dibuatnya paling tidak selalu
di re-tweet oleh puluhan hingga
ribuan followersnya. Sampai-sampai kumpulan kicauannya di
twitter dibukukan dengan judul “Twitter Power Ridwan kamil”. Penulisnya adalah
Maulana Yudiman, eks wartawan majalah SWA,
dan Muhammad Sufyan, seorang dosen komunikasi yang juga eks jurnalis teknologi
informasi.
Dikutip
dari detik.com, berdasarkan hasil
pemantauan Indonesia Indicator (I2), Walikota Bandung Ridwan Kamil tercatat
sebagai walikota di Jawa Barat yang paling populer.
Menurut
Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2) Rustika Herlambang, dalam kurun
waktu Maret 2014 hingga Maret 2015, Ridwan Kamil, mendapat pemberitaan terbesar
dibandingkan walikota ataupun bupati se-Provinsi Jawa Barat, yakni sebanyak
7.669 dari 343 media di seluruh Indonesia, baik nasional maupun lokal.
Seluruh
popularitas yang diperoleh sebanding dengan kinerja juga gebrakan-gebrakan baru
dalam pemerintahannya. Diantara programnya yakni pembangunan infrastuktur,
reformasi dan pelayanan publik, peningkatan index of happiness, fundays, dan
PKL. Salah satu upaya perbaikan infrastuktur yakni sejuta biopori, unit reaksi
cepat dan bus sekolah. Sedangkan untuk Reformasi dan Pelayanan Publik di
antaranya, tempat sampah plastik ramah lingkungan, bansos online, dan lainnya.
Dari
semua prestasi dan popularitasnya itu, ada kritikan yang mengatakan bahwa
Ridwan Kamil hanya sekedar melakukan pencitraan atas dirinya. Hal itu dilihat
dari seringnya ia mengupload foto dirinya saat melakukan
kegiatan di media social.
Terlebih
saat pelaksanaan peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) pada bulan
April 2015 lalu yang diselenggarakan dengan mewah, menghabiskan dana hingga 10
Miliar. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dinilai
memanfaatkan Konferensi Asia Afrika (KAA) sebagai ajang pencitraan politik
dirinya. Beberapa pengamat menilai KAA dapat menjadi batu loncatan Ridwan
melangkah ke jenjang politik yang lebih tinggi.
Direktur Cyrus
Network Hasan Nisbi berpendapat pria yang sukses membangun karier sebagai
arsitek tersebut sengaja menjadikan KAA sebagai panggung politik. Menurut
pendapatnya, Ridwan memanfaatkan ajang internasional itu untuk menaikkan
tingkat popularitasnya di mata publik. Ridwan Kamil pun dinilai terlalu fokus
menata pusat kota, membangun taman, sedangkan daerah
lainnya dibiarkan. Program yang dijalankan sebagian besar dinilai terjebak dalam kegiatan yang hanya bersifat ceremonial
tanpa strategi jangka panjang.
Berbicara
tentang pencitraan, lalu apa sebenarnya arti dari pencitraan tersebut? Menurut
KBBI, pencitraan berakar kata citra, berarti gambaran
diri yg ingin diciptakan oleh seorang tokoh masyarakat. Sedangkan Frank Jefkins (Soemirat & Adrianto,
2007:114) memberikan definisi atau pengertian citra sebagai kesan seseorang
atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan
pengalamannya, Politik pencitraan adalah
politik yang dibuat untuk menggambarkan seseorang, pejabat, partai, ormas,
adalah baik atau buruk. Politik pencitraan positif digunakan untuk mengangkat
elektibilitas diri dan golongannya sedangkan pencitraan negatif untuk
menjatuhkan musuh/lawannya.
Terlepas dari
semua penilaian tentang pencitraan yang dilakukan oleh Ridwan Kamil, tetapi
nyatanya beliau sudah membuktikan dengan kerja nyata. Program-programnya bisa
dirasakan langsung dampak perubahannya oleh warga. Nilai pencitraan muncul
karena popularitas yang disebabkan oleh masifnya perkembangan teknologi di abad
modern. Sehingga, apapun yang dilakukan, terlebih Ridwan Kamil sebagai wali
kota bisa langsung diketahui oleh massa. Massa memberikan perspektif sendiri
atas apa yang dilihatnya.
Pencitraan lebih
menjurus kepada kesan yang ingin dibangun tanpa adanya aksi nyata. Jika Ridwan
Kamil dinilai melakukan pencitraan, berarti dia telah berhasil memberikan city branding yang bagus untuk Kota
Bandung karena telah beraksi nyata bagi perubahan Kota Bandung.[]
Sumber Referensi:
Buku ‘Twitter
Power Ridwan Kamil’ karya Maulana dan Muhammad Sufyan.
Labels:
Opini
Thanks for reading Dilematis antara Popularitas dan Pencitraan Ridwan Kamil. Please share...!
0 Comment for "Dilematis antara Popularitas dan Pencitraan Ridwan Kamil"